Lima Kaki Da’wah


Sebuah kepastian bahwa da’wah ini akan kembali mengalami kemenangan. Allah SWT berfirman : “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nuur: 55). Kemenangan yang datang dari Allah tentu tidak kita dapatkan secara gratis, akan tetapi perlu ada hal-hal yang harus terpenuhi agar kemenangan yang kita dapatkan bukan hanya sebagai hasil kerja mencapai tujuan tetapi ada ridha Allah SWT di sana. Untuk meraih kemenangan yang datangnya dari Allah ( dalam standing position Allah ), maka di butuhkanlah 5 ( lima ) kemenangan awal yaitu winning value, winning consept,winning system, winning team, dan winning goal.

1. Nilai ( Winning value )

Nilai adalah sesuatu yang kita yakini sebagai sebuah ideologi yang denganya menentukan langkah dasar bagaimana kita berfikir. Nilai dalam konteks ini yaitu nilai-nilai dasar apa saja yang menjadikan kemenangan adalah hak kita. Mari kita telaah dua ayat Al-Qur’an berikut. “ (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. “ ( QS. Al-Hajj : 40 ) dan “ Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. “ ( QS. Al-Hajj : 77 ). Kutipan dua ayat tersebut menyebutkan bahwa ada empat hal yang harus kita lakukan agar kita mendapat kemenangan yaitu mendirikan shalat, menunaikan zakat, menegakan perbuatan ma’ruf ( perbuatan baik ), dan mencegah perbuatan-perbuatan munkar ( perbuatan buruk ). Lantas ada sebuah penekanan dalam ayat 77 bahwa shalat adalah hal pertama yang harus kita tegakkan, sebab inilah amal yang akan menjadikan amal-amal lain ikut tuntas. Janganlah sampai kita menjadi orang orang yang celaka karena shalat seperti yang tergambar dalam QS. Al-Ma’un. Maka menjadi sebuah keharusan bagi kalangan aktivis dakwah memahami dan mengamalkan ini.



2. Konsep ( winning consept )

Setelah terpenuhi nilai yang menjadi syarat dasar kemenangan, maka kemudian kita membutuhkan konsep, yaitu bagaimana kita mengendalikan arah langkah mencapai target. Tentu kita telah sepakat bahwa konsep atau manhajnya yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, yaitu kita sebut sebagai konsep syariah. Maka dengan ini kita yakin dan mantap mengatakan "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." ( QS. Yusuf : 12 ). Dalam konteks da’wah kampus, maka konsep inilah yang kita kenal dengan manhaj da’wah, dimana nilai-nilainya tersarikan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kejelasan konsep bagi tiap individu adalah kunci mutlak yang harus di pegang setiap kader dakwah. Jangan sampai ia tidak tahu medan, tidak tahu objek, tidak tahu goal yang akhirnya menimbulkan kerja yang asal selesai atau serampangan, bahkan timbul kebingungan ibarat seseorang diterjunkan di tengah hutan lebat sendirian.

3. Sistem ( winning system )

Sistem adalah kesatuan dari unit-unit, atau kumpulan perangkat / unit-unit dalam sebuah kesatuan wadah. Konsep yang unggulpun belum akan sempurna jika tidak ada sistem yang mengatur dengan baik. Dalam konteks da’wah, maka sistem itu memiliki peranan yang sangat penting, sebab ia menjadi tempat mengembangkan individu untuk tumbuh dan berkemabang secara optimal. Sistem itulah yang kita namakan Tarbiyah. Bagaimana generasi pertama terbaik ummat ini lahir dari sistem tarbiyah ini, bahkan Allah SWT juga yang menerapkanya saat mendidik Rasulullah SAW.
Sistem ini bekerja sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran : 104 ” Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung “. Sistem inilah yang dimaksud. Yang di dalamnya terdapat orang-orang yang senantiasa menyeru kepada Allah dengan mengerjakan kebajikan, berbuat ma’ruf, dan mencegah dari hal yang munkar. Sistem yang mampu melakukan pembinaan tiada henti dan memproduksi unit-unit ( personal ) yang handal, yang tidak hanya sholeh secara individual tetapi mampu mentransformasikan ke dalam masyarakat, bangsa, dan Negara ( khilafah ). Kejayaan ummat islam dahulu juga diraih dengan sistem ini dan dengan penuh keyakinan sampai sekarang bahwa kejayaan islam akan kita raih dan rebut kembali lagi dengan tarbiyah juga, insya Allah. Maka sebuah kewajiban bagi individu untuk mengikuti sistem ini.




4. Tim ( winning team )

Dalam konteks harakah islam, tim dinamakan jamaah, yaitu sekumpulan manusia-manusia terbaik yang memiliki kesamaan fikroh perjuangan dalam mencapai satu tujuan yang sama. Dikatakan sekumpulan manusia terbaik karena memang demikian yang di gambarkan Allah dalam QS. Ali Imran :104. Sistem dijalankan oleh sekelompok orang, tim, atau jamaah bukan oleh orang per orang. Lantas bagaimana jamaah yang dikatakan berhak mendapatkan kemenangan itu? Pertama, jamaah yang memiliki individu-individu terbaik beraqidah kuat yang mengamalkan poin pertama, yaitu nilai kemenangan. Kedua, jamaah yang solid dan teratur sebagaimana tergambar dalam QS. As-Shaff : 4, jamaah dengan ukhuwah tinggi, saling menghargai, dan saling percaya ( Tsiqah ) dengan anggota lain. Ketiga, jamaah senantiasa mengamalkan kebaikan diatas konsep dan sistem yang shahih. Maka dengan adanya jamaah yang menerapkan amal jama’i, menghindarkan dari individu ( kader da’wah ) bekerja atas dasar perasaanya sendiri, menghindarkan sikap apatis dan oportunis karena dari jamaah inilah dirasakan sebuah ikatan ukhuwah yang melahirkan makna yang benar akan arti saudara-saudara yang lain ( QS. Al-Hujurat : 10 dan 13 ).

5. Tujuan ( winning goal )

Tujuan ( Ghayah ) adalah hal terakhir yang hendak kita capai dari seluruh rangkaian perjalanan dakwah kita. Artinya, hal ini telah menghapuskan paradigma bahwa negara, khilafah atau apapun bukanlah tujuan akhir, ia hanyalah sarana mempermudah mengejawantahkan kehendak-kehendak Allah SWT di muka bumi. Tujuan yang jelas dalam da’wah akan memperkecil kemungkinan para du’at atau kader da’wah menyimpang di tengah jalan. Secara umum, tujuan bisa di kategorikan menjadi dua, yaitu jangka panjang dan jangka pendek. Dimana tujuan jangka pendek kita adalah merealisasikan sarana-sarana da’wah, kemudian mengisinya dengan kebaikan-kebaikan untuk mencapai tujuan jangka panjang yaitu ridha Allah SWT ( Mardhatillah ). Yang menjadi menarik disini bahwa ternyata tujuan jangka pendek adalah sarana mencapai tujuan jangka panjang. Jadi sangat dibutuhkan kejelasan tujuan jangka pendek karena ia adalah aset utama jangka panjang. Meski tujuanpun telah jelas, tapi ternyata ada juga para kader da’wah yang menjadi lupa dengan hakekat jangka panjangnya ( Allahu Ghayatuna ) setelah jangka pendek tercapai. Demikian adanya dalam sunnatullah jalan da’wah, ada saja daun-daun yang berguguran, tapi di saat yang sama tunas-tunas baru bermunculan. Maka sekali lagi dengan penuh keyakinan kita mengatakan bahwa "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam “ ( QS. Al-An’am : 162 ).
Wallahu’alam Bishawab


Related Posts



0 comments:

 
Copyright © Embun Inspirasi | Powered by Blogger | Template by Blog Go Blog