Dua Cermin


1.Realitas Masyarakat Kita

Realita masyarakat sekarang telah mengalami keterbalikan dengan masa Rasulullah Muhammad SAW dan sahabiyah. Kesederhanaan, keihlasan, pengorbanan, dan amal shaleh senantiasa menjadi nuansa masyarakat islam kala itu, jungkir balik dengan budaya sekarang, Penyakit yang diwanti-wanti Rasulullah SAW telah terjadi, Wahn. Manusia-manusia yag penuh dengan hedonis, cinta dunia dan harta, takut pada kematian. Kita hidup ditengah tengah keramaian tetapi hati kita merasa kesepian, kita hidup dengan budaya modern tapi berperadaban jahiliyah, masyarakat pragmatis hedonis, masyarakat yang mayoritas muslim tetapi perilaku dan tuturkata serta ahlaknya jauh dari muslim yang ideal. Islam hanyalah dianggap sebagai relaitas di masjid-masjid dan mimbar-mimbar da’wah, islam simbolis atau KTP, tidak pernah diejawantahkan dalam segala aspek dan sendi kehidupan. Nilai-nilai syumuliyatul islam telah ditinggalkan. Wajar jika kemudian para pelaku tindak kejahatan baik kejahatan pendidikan, kejahatan moral, dan kejahatan intelektual pemerintahan adalah orang-orang yang mengaku islam. Wajar jika musibah datang terus menerus menghantam bangsa ini,jika problematika ummat ini tidak kunjung tuntas. Lengkap sudah! Benarkah kita telah “rabun dekat” dengan agama islam kita sendiri? Ah…secercah cahaya harapan itu ada padamu, pahlawanku.di pundakmu setiap perbaikan dan perubahan masyarakat akan terus bergulir. kami tahu bahwa kau bersungguh-sungguh ingin menabur benih-benih di ladang dakwah ini. tak peduli medan berat kan ditempuh, seperti realitas masyarakat kita saat ini. bila saatnya panen itu tiba, kau tinggal menuainya.

2.Dilema Pemimpin Negeri ini

Para pemimpin negeri ini seharusnya menjadi teladan karena mereka menjadi muslim profetik, mengerti dan mau memberikan pelayanan terbaik (sayyidul qadim), pemimpin yang tidak bermegah-megahan ditengah masyarakat yang menjerit karena keterhimpitan ekonomi. pemimpin yang benar-benar tegas tatkala harkat dan martabat bangsa islam direndahkan. pemimpin yang tahu benar bahwa masih banyak dapur-dapur rakyat jelata negeri ini tidak berasap, masyarakat yang kosong jiwanya tergerogoti tayangan media tak mendidik membutuhkan sibghah Allah lewat engkau. Mereka bunuh mata hati sebelum menghancurkan jasad, apa jadinya jika engkau hanya “diam” ? Miris benar jika kubaca surat kabar. Bapak anggota dewan yang terhormat ternyata biang koruptor, para pelaku skandal seks, tukang diam ( baca : tidur ) saat suaramu ditunggu rakyat, kau menaikkan gajimu setinggi langit sementara rakyatmu kau jadikan “alas kaki” demi nafsu serakahmu. Inilah bukti kegagalan system demokrasi sekuler, kegagalan kaderisasi partai, dan kegagalan politik kita. Membangun masyarakat atau negara seharusnya bukanlah antithesis, tapi sintesa. Tidak cukup otakmu pintar tapi hatimu kosong, diktatorlah jadinya. berpolitik seharusnya beradab, bukan biadap. Cinta kami pada keadilan sejati telah terabaikan.
Mengutip kata-kata ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, “Adakah sebuah bangsa yang menjadi maju dan berkembang ketika pemimpinya masih berbicara aku dan bukan kita ?” begitulah setidaknya gambaran para pemimpin kita saat ini. Masih mementingkan individual ketimbang kemaslahatan bersama. Telah menjadi nyata apa yang digambarkan Rasulullah SAW “…Jika penguasa-penguasa mereka melaksanakan hukum yang bukan dari Allah, maka Allah akan menguasakan musuh-musuh mereka untuk memerintah dan merampas harta kekayaan mereka. Jika mereka menyia-nyiakan Kitabullah dan sunah Nabi maka Allah menjadikan permusuhan di antara mereka “. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Nyaris aku tak percaya lagi dengan pemimpin negeri ini. Tapi aku ingat untaian mutiara Qur’an “ Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri “ QS. Ar-Ra’du : 11. Akan lebih hina jika hanya berdiam dan “menonton” dan mengumpat saja di pinggir lapangan. Aku tak ingin menjadi problema bangsa ini, tapi aku harus menjadi bagian dari solusi. Setidaknya terus mendo’akan mereka agar terbuka mata hatinya dari sibghah Allah lebih baik, mendukung penuh para qiyadah ummah di sana. meski ada juga para du’at yang berguguran di tengah jalan.
Aku yakin harapan itu akan selalu ada selama kita terus memperjuangkanya dengan ikhlas.


Related Posts



0 comments:

 
Copyright © Embun Inspirasi | Powered by Blogger | Template by Blog Go Blog