Tiang-tiang Da’wah


Kader adalah kunci dalam sebuah entitas pergerakan, termasuk harakah da’wah. Sebab ia adalah roda-roda penggerak da’wah, jika da’wah diibaratkan kendaraan. Kader ialah tiang-tiang da’wah, jika da’wah diibaratkan bangunan. Da’wah tidak akan berjalan jika tanpa kader-kader yang tangguh. Untuk mencetak kader-kader yang tangguh, maka dibutuhkan sistem kaderisasi yang terstruktur dan pelaksanaan yang konsisten.
Kader, jika diibaratkan sebagai tiang-tiang da’wah, maka menjadi sebuah keniscayaan bahwa yang berkualitaslah yang bisa menahan beban da’wah. Kalau kita perhatikan tiang, maka akan kita lihat komposisi yang unik didalamnya. Ada batu bata, pasir, semen, besi, dan batu koral. Kemudian komposisi yang ada dicampur menjadi satu untuk mendirikan bangunan. Batu bata akan ditunjang oleh batu koral, besi, pasir, dan semen. Semuanya menjadi paduan yang solid dan kuat. Demikian juga kader da’wah. Da’wah jika ingin kuat maka diperlukan komposisi pertumbuhan yang merata dalam segala bidangnya, sebagai saran menjangkau setiap lapisan kehidupan ummat. Disini ada tigal aspek pertumbuhan kader yang harus diperhatikan dalam mencapai amal-amal da’wah, amal da’wah tulabi salah satunya. Tiga aspek pertumbuhan itu adalah :
1. Pertumbuhan kualitas
Pada dasarnya, amal tulabi bergerak pada tatanan masyarakat yang berkualitas. Baik itu karena selektivitas manusia, intelektualitas, maupun umur. Dunia kampus adalah sebagian miniatur masyarakat kita yang jumlahnya sekitar 2 % dari total penduduk indonesia. Kemudian dari angka itu masih terseleksi lagi dengan kapasitas enteltualitasnya masing-masing, ada yang cerdas, biasa-biasa, ataupun kurang cerdas.
Aspek pertumbuhan kualitas bagi seorang aktivis da’wah kampus adalah mutlak diperlukan. Kader berkualitas minimal memiliki kafa’ah dalam fikriyah, diniyah, dan da’wah. Bukan jamanya lagi para aktivis identik dengan IPK kurang baik, pakaian kucel, dan lain-lain yang seolah-olah menjadi citra “ketawadu’an”.
2. Pertumbuhan kuantitas
Pertumbuhan kulaitas lebih menitikberatkan pada aspek jumlah, penyebaran potensi, dan komposisi yang ada. Aspek jumlah terutama untuk mengisi sektor-sektor vertikal, yaitu stok pemimpin sebagai kader elit politik ( pemerintahan ). Saat ini kita masih mengalami kesulitan dalam menyiapkan kader-kader dalam arah vertikal ini. Diharapkan dari KAMMI sebagai wadah kepemimpinan muslim negarawan bisa ikut andil dalam menyiapkan iron stock kepemimpinan ummat. Sedangkan penyebaran potensi dan komposisi dapat dilihat dari kuantitas ditiap bidang. Ini penting karena perlu penyebaran kader yang merata. Jangan sampai komposisi kader menumpuk pada satu bidang sementara bidang yang lain mengalami kekurangan yang berdampak pada kesulitan da’wah menjangkau seluruh lapisan kehidupan.
3. Pertumbuhan kapasitas
Kapasitas internal dalam hal kepemimpinan, membaca peta, penguasaan bahasa, dan kapasitas berfikir yang mendahului masanya. Jika kualitas lebih kepada sejauh mana tingkatan atau posisi dalam amal-amal ilmu sedangkan kapasitas lebih kepada kemampuan individu dalam mengolah atau mengcreate sesuatu. Misalkan kapasitas dalam membahasakan da’wah, kapasitas membaca peta da’wah, dan lain-lain. Kader da’wah di era modern ini dituntut memiliki spesialisasi bidang, ideolog,dan problem solver sebagai basis intelektualitas disamping integritas moral sebagai pondasi utamanya. Jika kedua hal ini (kapasitas dan kualitas) digabungkan, maka terbentuklah kader-kader elite, atau istilahnya super man.
Untuk mencapai ketiga hal ini akan ada saja tantangan yang harus kita hadapai, yaitu budaya-budaya yang akan menjauhkan kita dari da’wah. TV, Komputer, internet, dan lain-lain yang jika kita tidak mampu mendayagunakan sesuai kebutuhan, maka imbas negatifnya sangat membahayakan, disinilah imunitas diperlukan. Wallahu’alam Bishawab


Related Posts



0 comments:

 
Copyright © Embun Inspirasi | Powered by Blogger | Template by Blog Go Blog