Aku Rindu



(cerita sore dari sahabatku)

Dalam sebuah kesunyian akan mata rantai persahabatan….

Aku masih ingat awal aku memasuki pintu itu, seperti ada sebuah ketenangan hati ditengah gersangnya jiwa ini. Ditengah merananya kepingan hati ini. Kalian menyambutku dengan senyum dan tatapan yang,…ah, Subhanallah begitu akrab, seolah-olah kalian adalah keluargaku. Semuanya begitu mengalir memamsuki relung-relung bebatuan itu. Pancaran kesegaran itu seolah-olah membuatku menemui kehidupan baru lagi. bukan seolah-olah, memang kenyataan demikian. Aku begitu betah berlama-lama disana. Sampai tak kusadari senja telah merona.Aku masih ingat dimana kita sering berkumpul dulu, disebuah surau kecil di pinggir sekolah kita.kami bertujuh disana. kecil memang tempat itu, tapi ide-ide besar untuk membesarkan ummat ini berawal dari sana, awal sebuah jati diri sesungguhnya pun dari sana. Awal kami bersama juga dari sana.Dari sebuah surau kecil itu terlahirlah agenda da’wah sekolah. Beberapa program telah kita sukseskan bersama. Bagaimana kita dulu rela menghabiskan hari-hari, bahkan tak cukup malampun kami lalui. Tapi semuanya begitu aku nikmati, bahkan aku tempatkan tersendiri di sudut hati kecil ini, hingga kini. Kenangan indah itu memang yang membuatku terus berazam untuk tetap memilih jalan ini hingga kini.
Sampailah kami pada sebuah persimpangan jalan itu…..
Kebersamaan itu hanya berlangsung sebentar sekali bagiku, hanya 1,5 tahun semenjak aku bergabung di aktivitas da’wah sekolah. Kami harus terpisahkan oleh perjalanan lain, dunia lain lagi. Kampus.
Entah berapa lama, aku tak tahu persis kita tak lagi bertemu. Namun aku merasa sangatlah dekat dengan kalian. Bahkan aku sering memimpikan kalian, bersama seperti dahulu. Namun hilang jua dengan berbagai aktivitas baruku di dunia lain itu, kampus. Tidak! ia tidak sepenuhnya akan hilang. Aku masih sering berfikir tentang kalian di tiap akhir pekanku.
Sampai suatu ketika…
“Assalamu’alaikum kawan, gimana kabarnya? Nanti sore jemput kita di terminal, kita mau mampir ”. Aku hampir tidak percaya ini. Segera aku balas. “ Alhamdulillah khoir akhi, subhanallah..saya siap jemput kalian “.
Dengan semangat ‘45 aku bergegas untuk menjemput sahabat terbaiku waktu itu. Dalam perjalanan aku begitu berbunga, bahagia. Tanpa terasa sampailah aku. Aku langsung memeluk mereka yang lama aku rindukan. Bercengkrama sebentar lalu kami naik angkot menuju kos.
Alhamdulillah masih seperti dahulu, pikirku dalam hati. Tapi salah aku menilai, ketika kami telah bersama dalam angkot, berempat waktu itu, arah pembicaraannya sudah tiada seperti dahulu. Ah…tercabik hati ini. Tiada berhenti disitu saja, saat kami di kos pun apa yang ia bicarakan sudah melenceng jauh dari isilah kami, “ syar’i”. Manusia memang tiada mahsum, keculai Rasulullah SAW. aku memilih lebih banyak diam waktu itu, ada persaan galau didada ini. Semoga Allah kembali membukakan hati sahabatku tercinta ini, do’a ku dalam hati.
Aku bertambah luka ketika ada sahabatku mengabarkan bahwa hampir seluruhnya demikian. Aku semakin percaya dengan membaca isi sms itu. Hanya satu sahabatku yang aku kurang begitu tahu bagaimana keadaanya.
Ah…rasanya aku tak sanggup kehilangan wajah-wajah mereka yang sangat berarti bagi hidupku. Aku begitu merindukan mereka untuk tetap dalam langkah seirama tali ukhuwah. Sahabatku, aku begitu kehilangan kalian..tak sanggup aku menuangkan dalam kata-kata bahwa aku sangat mencintai kalian. Aku ingin kita seperti dulu, bercengkrama dan bercanda sekedarnya saja. Aku merindukan kita melangkah seirama lagi dalam memperjuangkan risalah ini. Aku ingin kita tetap bersama, meski jarak telah membentang luas diantara kita, tapi hati ini tetap menyatu.

Aku masih ingat, bagaimana gelak canda kalian disana. Disela-sela syuro tentang Pesantren Ramadhan. Aku juga ingat bagaimana kami dulu hampir selalu shalat bersama, pulang bersama, dan salam tiada terlupa tatkala berpisah. Sebuah kekayaan tersendiri bagiku tatkala aku dilanda kejenuhan akan aktivitas rutinku.
Ingatkah?, kita juga pernah makan bersama di sebuah kantin kecil itu. tak hanya disitu, di suraupun kita juga kan? satu kali seminggu bahkan. ingatkah kebersamaan kita dulu ? tidakkah kalian rindu?
Kemana kalian yang aku cinta dan aku harap nasihat-nasihatnya seperti dulu, tatkala aku sedang mengalami kebutaan diri dan keterasingan jiwa? kemana kalian yang dulu begitu tegar dan kuat membawa diri ini untuk tetap istiqamah pada jalan da’wah? Relung-relung hatiku menangis tatkala aku menghadap Sang Khalik, tiada berdaya diriku. Tumpahan air mata untuk sebuah arti persahabatan. Aku berharap Allah menyampaikan bisikanku ini,“ aku rindu kalian, aku cinta kalian, aku menyayangi kalian, masih seperti dulu “
Ya Allah, pasti kau mengerti maksudku ini “ yuk, kita reuni di kampung syurga?….


Related Posts



0 comments:

 
Copyright © Embun Inspirasi | Powered by Blogger | Template by Blog Go Blog