Mengelola Informasi


Kita hidup di jaman modern. Informasi adalah salah satu hal yang sangat kita butuhkan, dan informasi saat ini diperankan secara signifikan oleh media. Informasi bagi gerakan da’wah kita bisa ibarat pedang bermata dua. Disatu sisi kita membutuhkanya, namun disisi lain kita juga bisa terluka olehnya. Arus informasi yang sangat cepat sangat memungkinkan pada kader tersapu dan terbawa arus media. Jelas, ini tidak baik bagi gerakan da’wah kita. Artinya ada penyikapan ( mauqif ) pada diri yang cerdas. Dibutuhkanlah mawas diri disini.
Setidaknya ada dua mawas diri yang harus kita kuasai terkait dengan derasnya globaliasi informasi yaitu bagaimana kita berfikir dan bagaimana ruang publik berbicara. Keduanya memiliki korelasi strategis yang tidak bisa kita pisahkan. Ibaratkan dua sisi mata uang, saling membentuk dan saling melengkapi dan akan saling berguna. Jika salah satu tidak ada maka tampaklah ketidaksempurnaanya. Berfikir bagaimana menyikapi publik saat bicara dan bagaiamana publik menyuarakan apa yang kita fikirkan.
Era jahriyah jamahiriyah, sebuah keniscayaan adanya dua arah koreksi. Kita mengoreksi ruang publik dan ruang publik pun akan mengoreksi kita. Ini sangat baik jika berjalan sinergis. Akan tetapi, nilai objektivitas itu yang terkadang menjadi problematika kita. Objektivitas informasi barangkali cukup sulit menyikapinya. Disini kita membutuhkan daya saring dalam menyikapi informasi sebagai bagian dari ruang publik. Daya saring sebagai bentuk penyikapan mutlak diperlukan. Disatu sisi jangan sampai kita terbawa arus informasi dan disisi lain jangan juga kita tertinggal informasi. Artinya juga dibutuhkan tingkat kedewasaan kita dalam berfikir dan bersikap, atau bisa dikatakan cara pandang kita.
Cara pandang seperti ini amatlah mahal. Tidak semua Gerakan Dakwah mempunyai patokan yang dijadikan bingkai pengikat dalam menilai suatu permasalahan. Malah kebanyakan sembrono menyikapinya. Akhirnya salah langkah dalam menentukan kebijakan yang amat strategis. Tidak adanya patokan bagi mereka bisa jadi lantaran minimnya sudut pandang. Atau bisa juga karena miskinnya wawasan sehingga simple betul melihat sebuah masalah. Dan bisa pula karena terjebak pada tampilan luar yang memukau. Barangkali contoh sederhana yang sering disajikan orang dalam masalah ini seperti orang-orang buta dalam mengambil kesimpulan tentang gajah. Mereka keliru karena kurangnya informasi dan cara pandang. Yang terjadi kemudian adalah salah dalam menentukan sikap. Atau lama dalam membuat konklusi atas permasalahan yang sedang dihadapi.


Related Posts



0 comments:

 
Copyright © Embun Inspirasi | Powered by Blogger | Template by Blog Go Blog